Lu gak pernah tahun dan gak akan
pernah bisa tahu hidup bakal ngebawa lu kemana. Terkadang apa yang muncul dan
lu dapetin akan sama sekali ada di luar ekspektasi lu, kaya gua, yang sekarang
terdampar di kecamatan kecil brengsek bernama “Jatinangor”.
Gua terdampar disini sebagai
seorang mahasiswa, yang kalo sekarang pas gua nulis tulisan ini gua adalah
seorang mahasiswa yang terlalu santai, sangat santai hingga 26 orang dari 32
teman sekelas
gua udah pada lulus. Gua bukan orang asli sini atau tinggal di dekat sini, jadi, gua harus nge-kost.
gua udah pada lulus. Gua bukan orang asli sini atau tinggal di dekat sini, jadi, gua harus nge-kost.
Pandangan orang tentang ngekost itu beda-beda, ada yang terlalu excited, ada yang gak napsu, ada yang biasa aja. Ada yang mengalami ketiga hal tersebut seiring berjalannya waktu, tapi apakah lu sudah dapat pengalaman-pengalaman dan menjadi seorang yang bisa dikatakan sebagai seorang anak kost seperti yang digambarkan pada media umumnya? Kumel, males, hidup seadanya berteman promag dan mie instant.
Gak semua anak kost begitu, lu
bisa ngebagi anak kost menjadi beberapa demografi yang lebih umum, ini gua
bikinnya dari pengamatan gua atas temen-temen gua ya, jadi bakal sangat subjektif,
toh ini opini gua.
1. Anak Kost Tajir
Anak kost dengan demografi tajir mulai banyak bermunculan di Nangor setelah angkatan tahun 2016, gua enggak mukul rata ya, tapi buat gua yang paling berasa dengan kehadiran anak kost tajir ini adalah Nangor yang mecet tiap sore karena mobil dan itu gua rasain pas anak-anak 2016 mulai masuk kampus.
Anak kost tajir ini adalah anak
yang ngekost tapi berasa di rumah, memang orang tua ingin memberikan yang
terbaik kepada anak mereka, walaupun anaknya sudah tidak tinggal di rumah lagi,
tetapi orang tua khawatir, apakah anaknya akan nyaman, sehat, dan bahagia di
tempat kostnya? Untuk mereka yang beruntung dan orang tuanya mampu,
berbahagialah, karena ini adalah privilege tertiggi dalam strata anak kost.
Biasanya kalau di Nangor mereka
adalah anak-anak yang tinggal di apartment, kostan yang berkonsep apartement,
kosan dengan cluster, atau kostan mewah sangat banget pisan, biaya sewa tempat
ini sama kaya ngontrak rumah di daerah Jakarta pinggir masih deket ke tengah
dalam setahunnya, 24 juta ke atas.
Kaum ini biasanya juga dilengkapi
dengan kendaraan pribadi, biasanya mobil, tapi ada juga yang bawa motor, tapi
kebanyakan mobil. Untuk allowance bulanan? Hmmm sepertinya mereka tidak akan
mikir untuk membelanjakan uangnya untuk apa saja, hmmm tidak di hitung mungkin
karena besaran allowance yang diterima dan bisa minta tambah biasanya!
Untuk makanan, mungkin kaum dari
demografi ini akan kesulitan pada awalnya untuk makan sembarangan tapi
lama-lama biasa kok, cuma kelompok ini kalau nongkrong tempatnya suka agak
fancy, atau mereka nongkrong ke Bandung sekalian, kalau kamu punya teman dari
demografi ini, ajak nongkrongnya di kampus aja biar hemat, kecuali kamu juga
termasuk dari demografi ini.
2. Anak Kost Menengah
Anak kost ini masih bisa dikatakan enak deh, lu masih punya kost yang kamarnya lega, dengan fasilitas yang lumayan lengkap, biasanya nyari kost yang gak ada jam malemnya dan bebas bawa tamu nginep, mau ngapain? Ngewe lah pastinya.
Kost yang ditempati oleh
demografi ini biasanya harganya 8 - 12 jutaan++, spesifikasinya udah gua terangin di
atas, kamarnya agak lega, kamar mandi dalem, dan yang terpenting gak ada jam
malem dan boleh nginepin orang.
Allowance demografi ini lebih
kecil dari kelompok pertama, tapi tetap mereka tidak perlu pusing buat ngatur pengeluaran
karena allowance mereka pasti lebih dan bisa di tambah, belum lagi kalo buat
party dan mabok, abis mabok bungkus cewenya bawa ke kostan, itu kalo cowo
biasanya, maboknya dimana? Shelter! Kalo kepepet duit seret dan birahi
memuncak, ngajak mabok amer lewat whisper atau tinder miumnya di kost, biar bisa
langsung ngewe.
Demografi ini kalau buat
kendaraan masih sama kaya demografi pertama, bawa mobil kebanyakan walaupun ada
juga beberapa yang bawa motor, biasanya di kampus paling eksentrik sama paling
gaul, kadang kalah gaulnya orang-orang demografi pertama sama dia. Oh iya,
biasanya suka dateng gigs juga orang-orang demografi ini.
3. Kaum Marjinal
Jika lu ngerasa tidak masuk kriteria kedua demografi di atas, selmat! Anda adalah kaum marjinal seperti gua dan banyak anak kost lainnya. Gak susah nyari anak kost model begini di Nangor karena demografi ini masih menjadi mayoritas di Nangor.
Kostan dengan harga sewa murah di
bawah kedua demografi di atas, yang penting bisa rebahan, biasanya ada di
kostan kalau mau tidur berkualitas doang buat yang laki-laki, sisanya? Paling
di kostan orang nebeng internet atau main sampe lupa diri.
Makan? Oh tidak susah, apa saja
yang terlihat bisa dimakan dan harganya murah akan digasak dengan senang hati. Rasa?
Ah itu nomer kesekian, yang penting kenyang, murah, dan uang bisa dihemat
semaksimal mungkin.
Allowance? Buat hidup sebulan aja
masih diirit-irit, perokok dari demografi ini akan mementingkan mulut ngebul
daripada perut kenyang, hidup tanpa beban sampai tanggal 15, sisanya? Pake
formasi 2 – 1, 2 kali makan, 1kali begong, kalau kritis tetap 2 – 1 tapi
dibalik, 2 kali bengong, 1 kali makan. Mudah.
Selain hidup nomaden dengan cara
berburu dan meramu (makanan temen kost yang ditebengin) untuk kendaraan
biasanya demografi ini pake motor, motor temen kostan yang bensinnya abis diisi
penuh adalah sebuah kendaraan yang menyenangkan untuk dipinjam ke kampus,
karena tidak perlu pusing –pusing isi bensin.
Nongkrong? Apa itu? Kopi sachet
atau teh gelas seribuan plus macaroni gopek cukup, yang penting ketawa dan
bahagia, kuliah? Nanti juga selesai.
Gua rasa 3 itu cukup untuk menjadi
gambaran lu gimana anak kost, yang paling dekat dengan labelling media ya itu,
demografi nomer 3, kaum marjinal. Sebenernya masih banyak kriteria dan
demografi yang bisa gua masukin di sini, tapi menurut gua bakal lebar dan
kepanjangan, toh juga ini dari pengamatan gua, mayoritas yang gua lihat adalah
seperti di atas, so, gua nulis seperti apa yang gua lihat, cheer, keep tolol,
sampai jumpa lagi.