Kekerasan seksual adalah sebuah tindakan atau percobaan berupa sebuah perilaku atau perbuatan yang bertujuan untuk mendapatkan sebuah kepuasan atau tindakan seksual dari orang kain secara paksa, selain itu biasanya kekerasan seksual disertai juga dengan perilaku atau tindakan kekerasan. Selain itu memperdagangkan seseorang atau tindakan lain yang ditujukan pada seksualitas seseorang terlepas dari hubungan pelaku dan korban juga dipertimbangkan sebagai sebuah kekerasan seksual (Powel & Henry, 2017:4)
Tulisan ini adalah sebuah opini yang gua rangkum setelah gua
membaca beberapa referensi yang gua gunakan dalam menulis skripsi gua yang juga
bertema kekerasan seksual, selain itu argument gua di sini gua bangun juga dari
partisipan penelitian gua tentang pandangan dan pemaknaan mereka tentang
kekerasan seksual, tulisan ini akan subjektif dari pandangan gua dan gua harap
lu bisa memakluminya dan tidak menelan mentah-mentah apa yang gua tulis di
sini, biasakan untuk membaca dan memeriksa apa yang yang sudah lu baca dari
sumber lain yang lebih kredible.
Gua yakin di antara yang baca ini pasti pernah mendapatkan
sebuah cerita tentang kekerasan seksual dari temen deketnya, entah si temen ada
di posisi sebagai korban ataupun sebagai pelaku, rasanya untuk orang yang
seumuran kaya gua, minimal pernah denger cerita dari pelaku tindak kekerasan
seksual, jadi saksi mungkin, atau lebih parah mungkin lu pernah jadi pelaku?
Gua gak akan bahas masalah korban
di tulisan ini, gua akan membahas si “pelaku”, karena menurut gua gak adil aja
kalau gua bahas korban sebagai objek tulisan ini karena mereka membutuhkan aksi
nyata sebuah pertolongan dari lingkungannya, bukan sebuah tulisan semata.
Dalam tindakan yang paling dasar
bentuk kekerasan seksual adalah upaya atau perbuatan mendapatkan kepuasan
seksual dari orang lain tanpa adanya konsensus dan pengorbanan/gamau rugi. Ini
adalah hal yang paling banyak terjadi di circle gua. Motifnya gampang “gua
napsu coy abis mabok, toh dia juga gak tau, makanya gua pake” kurang brengsek
apa lagi coba?
Gua adalah orang yang tidak
setuju dengan pernyataan pelaku yang biasanya “gua napsu tiba-tiba” atau saya
khilaf” atau yang lebih goblok “dia pake baju terbuka saya jadi pengen”. Gak
coy, niat untuk melakukan tindak kekerasan seksual gak akan muncul tiba-tiba,
ada sebuah penyebab, plot yang direncanakan, dan situasi saat melakukannya. Semua
itu bisa lu lihat dengan mudah walaupun lu gak ngerti psikologi/kriminologi,
orang yang baca komik Detektif Conan gua rasa bisa nyimpulin hal segampang ini
dengan sendiri.
Penyebab
Untuk penyebab pelaku melakukan
tindak kekerasan seksual gua akan menghindari “karena penasaran”, penasaran
adalah penyebab sekunder, penyebab pertamanya menurut gua cuma satu, HASRAT
YANG TIDAK TERLAMPIASKAN. Kenapa hasrat? Kata hasrat kalau menurut KBBI
mempunyai makna keinginan atau harapan yang sangat kuat. Keinginan atau harapan
tidak akan muncul jika sebelumnya tidak ada sesuatu yang dapat membuktikan
bahwa “X” (kita asumsikan ini sebagai variable imajiner, bisa tindakan, mimpi,
ide, dan lain-lain) tidak dapat dilakukan, sederhananya adalah jika “X” dapat
dilakukan, maka akan ada individu di luar sana yang mempunyai hasrat untuk
melakukan “X” tersebut karena terinspirasi oleh orang sebelumnya yang dapat
melakukan “X”. Alasan mengapa orang melakukan sebuah “X” bervariasi, hal paling
jamak orang melakukan “X” adalah sebagai aktualisasi diri dan pengakuan dari
orang sekitar. Sampe sini udah dapet idenya?
Biasanya orang yang melakukan
tindak kekerasan seksual adalah orang yang pernah menonton video porno (ayolah
mari akui saja, blokiran pemerintah tidak efektif dan video porno masih dapat
dinikmati dengan mudah) atau pernah mendengar cerita dari orang yang pernah
melakukan hubungan seksual, baik itu dengan konsensus ataupun orang yang
melakukan tindak kekerasan seksual. Kenapa video porno? Untuk video porno
Amerika/Eropa mungkin anda tidak sulit untuk melihat bahwa hal tersebut
biasanya adalah setingan dan dilakukan oleh mereka yang memang bekerja pada
industry itu, toh juga latarnya gak aneh-aneh, tetapi hal ini akan berbeda jika
kita melihat video porno buatan Jepang yang terkadang setingnya adalah
kehidupan sehari-hari (pelecehan di kereta/bus yang penuh misalnya, atau
pemerkosaan murid terhadap guru di sekolah yang sepi), tapi harap diingat, jika
cerita yang anda tonton menampilkan wanita yang terlalu bernafsu kepada lelaki
hal ini juga masih termasuk tindak kekerasan seksual, karena biasanya
laki-lakinya canggung dan tidak menyangkan, walau biasanya akan terbangun
konsensus diantara keduanya, after all it takes two to tango. Tapi tetap
walaupun terbangun konsensus, baik laki-laki ataupun perempuan, jika dalam
proses mendapatkan kepuasan seksual terdapat tindak
kekerasan/pemaksaan/ancaman/tipuan di awal, tengah, atau akhir, hal tersebut
adalah sebuah tindak kekerasan seksual.
Selain video porno, yang menjadi
dasar munculnya hasrat untuk melakukan tindak kekerasan seksual biasanya adalah
cerita dari teman, ya, ibaratnya hal ini adalah sebuah video porno, tapi di
deskripsiin dan sudah dialami oleh si pencerita, akan lebih bahaya lagi jika si
pencerita bisa bercerita secara detail dan persuasif. Hasrat yang muncul dari
cerita teman biasanya baru akan menimbulkan rasa penasaran dan seperti sudah
gua jelaskan di atas, dia akan menguji apakah “X” yang dalam kasus ini adalah
hubungan seksual dapat dia lakukan atau tidak. Tujuannya selain untuk memenuhi
hasratnya tidak laian adalah untuk mencari pengakuan dari teman-temannya bahwa
dia sudah pernah melakukan hubungan seksual, apapun caranya. Kalau dari
pengalaman gua, hal ini adalah yang paling sering terjadi di kalangan anak SMA,
karena biasanya jika seorang anak SMA sudah ngewe maka aka nada penghargaan
dari teman-temannya. Di Jakarta, hal ini paling sering terjadi ketika clubbing,
setelah wanita mabuk, maka si bejat akan membawa wanita yang setengah sadar
tersebut untuk “dibungkus”, cerita begini banyak beredar di kalangan pelajar,
entah udah berapa kali gua denger temen gua jadi pelaku yang kaya gini.
Jadi kalau menurut gua, gak ada
alasan untuk membenarkan pelaku tindak kekerasan seksual yang mengatakan bahwa
dirinya penasaran, khilaf, atau tidak sengaja. Apalagi menyalahkan korban,
karena seperti udah gua singgung di atas, keinginan untuk melakukan sebuah
tindak kekerasan seksual bukanlah sebuah tindakan yang timbul dengan sendirinya
tetapi ada hasrat yang tidak tersalurkan karena banyak faktor dan tujuan.
Merencanakan Plot
Membuat plot tindak kekerasan
seksual bukanlah sesuatu yang sulit, semua orang yang pernah menonton video
porno pasti bisa membuat perencanaan scenario yang akan dilakukan untuk
melakukan tindak kekerasan seksual.
Hal yang paling gampang adalah
membuat korban tidak sadarkan diri, cara ini menurut gua adalah sebuah cara
yang paling sering dan mudah dilakukan, kenapa? Lu bisa mendapatkan bahannya
dengan mudah dan dijual secara legal.
Oke, sebagai contoh plot.
Gua denger dari anak-anak kalau
si Y mabok, maka dia akan sangat tidak sadar dengan apa yang akan terjadi di
sekitarnya. Gua juga pernah lihat yang kaya gini di video porno, cewe dibuat
tidak sadar dan dipake. Maka hal paling logis yang gua lakukan adalah menjadi
dekat dengan Y tanpa mencurigakan dan mengajaknya keluar untuk sekadar minum
beer dan ngobrol santai. Tapi café yang menjual beer tersebut juga menjual
minuman keras lain, maka saat kami sedang menenggak beer, saya membuat sebuah
tantangan kecil-kecilan, tentang siapa yang bisa minum tequila paling banyak,
saat dia minum tequila, saya membuang sebagian tequila saya ke gelas lain
sehingga saya tidak terlalu mabuk, tetapi Y sudah dalam keadaan sangat mabuk.
Setelah Y mabuk, maka saya akan membawanya ke hotel yang bisa disewa tanpa
perlu menunjukkan kartu identitas, lebih bagus lagi jika hotel tersebut
menyediakan layanan penyewaan 6 atau 12 jam. Setelah puas melakukan tindak
kekerasan seksual lu bisa punya 2 opsi, menunggu dia sadar mengantarkannya
pulang sambil bikin alasan “kita sama-sama gak sadar” lalu menghilang perlahan,
atau bisa lu tinggal gitu aja, tapi kemungkinan kedua akan sangat merusak nama
baik lu. Mudah bukan bikin plotnya?
Hal di atas adalah sebuah plot
yang cukup mudah dan menjadi sebuah hal yang jamak digunakan, terutama oleh
ANAK SMA ATAU ANAK KULIAH YANG NGEBET PENGEN NGEWE, jadi hati-hati jika anda
melihat gelagat seperti ini, baik di awal belum tentu baik sampai akhir lho.
Sebenarnya masih banyak
kemungkinan plot lain yang dalam perencanaan seorang calon pelaku tindak
kekerasan seksual, karena seperti yang kamu ketahui jika hasrat + motivasi =
ide dan kreatifitas, bahkan saking kreatifnya gua kasih bocoran nih, kalau obat
tetes mata yang dicampur minuman bersoda bisa jadi sebuah obat perangsang yang
cukup lumayan ampuh, jadi saran gua tetap aware dengan sekitar, selain itu anda
juga harus tahu konsekuensi dan akibat yang dapat ditimbulkan jika mengikuti
ajakan seseorang terutama jika hal tersebut memengaruhi kesadaran anda, tolong
dipikirkan hal-hal yang akan tejadi setelahnya, lu bisa kok tetep mabuk dan
tidak jadi korban tindak kekerasan seksual! Drink responsibly and with
awareness.
Bertindak
Kesempatan dan celah adalah dua
hal krusial yang dibutuhkan pelaku tindak kekerasan seksual dalam melakukan
aksinya. Kesempatan dan celah yang digunakan akan menentukan apakah aksinya
akan ketahuan atau tidak oleh orang-orang sekitar.
Contoh kasus ini banyak, pertama
dan yang lumayan sering gua denger adalah pelaku yang beraksi di dalam KRL
commuter line, biasanya hal ini dilakukan di dalam gerbong campur, kesempatan
didapat oleh pelaku pada saat KRL sedang dalam rush hour, dimana gerbong akan
sangat penuh hingga penumpang harus berdesakan satu sama lainnya, disini banyak
yang bisa dilakukan oleh pelaku dalam memanfaatkan kesempatan dan menggunakan
celah yang ada, paling jamak adalah menggesekkan alat kelamin, yang kedua adalah
pura-pura bergerak untuk menyentuh biasanya dilakukan dengan sasaran bokong
atau payudara.
Kesempatan yang ada dan celah
yang dapat dimanfaatkan seringkali terlewat oleh orang-orang disekitar, yang
mungkin saat ada di dalam gerbong kereta sudah kelelahan dan ingin cepat sampai
rumah sehingga tidak sadar akan hal-hal seperti ini. terkadang korban juga
tidak menyadari hal ini, gua tetep gak akan bisa naro korban dalam posisi yang
bersalah disini, keamanan sebuah ruang public atau dalam kasus ini adalah transportasi
public bukan hanya menjadi tanggung jawab keamanan kereta, tapi semua orang
yang naik dan menggunakan fasilitas tersebut. Selain itu gua juga minta
khususnya wanita, jangan sungkan untuk berteriak atau meminta tolonbg jika
menjadi korban tindak ini di kereta, karena hal ini adalah sebuah hal yang
paling memungkinkan untuk anda lakukan jika tidak bisa menyingkir dan anda
selelah apapun anda, jika dalam posisi ini tolong selalu waspada dan perhatikan
sekitar, dengan anda menolong orang bukan hanya akan membantu korban, tapi anda
juga turut memberikan contoh kepada orang lain dan hal tersebut gua kira bisa
meningkatkan kesadaran orang dan mengurangi tingkat kejahatan seksual kayan
gini di kereta.
Lain lagi dengan masalah mabukin
orang, untuk masalah ini kesempatannya sangat besar dan celah yang dapat
dimanfaatkan juga banyak, saran gua untuk hal yang ini adalah jika anda merasa
tidak yakin dengan orang tersebut, TOLONG BAWA TEMAN ANDA DAN TOLONG TEMANNYA
JANGAN IKUTAN MABOK JUGA. Hal ini menurut gua cukup membantu karena ada temen
gua yang emang biasanya diminta oleh teman-teman wanitanya untuk ngejagaim
mereka jika sedang mabuk (kebetulan temen gua ini memang tidak terlalu doyan
minum minuman beralkohol) dan cara ini berhasil untuk mencegah mereka yang
beberapa kali hampir dibungkus oleh orang brengsek yang mereka temui di club
malam tersebut.
Gua rasa udah cukup panjang
tulisan ini ngejelasin gimana pelaku tindak kekerasan seksual bisa sampai
melakukan tindakannya dan gua harap ada beberapa hal yang bisa lu ambil dari
tulisan ini.
Gua akan bikin tulisan lain soal
tindak kekerasan seksual ini menjadi beberapa part yang membahas hal berbeda,
sekali lagi gua tidak akan menaruh korban di posisi yang bersalah, karena gua
percaya korban tindak kekerasan seksual tidak menghendaki hal itu terjadi pada
mereka dan mereka tidak melakukan sesuatu yang salah, disini yang salah adalah
ORANG-ORANG TOLOL YANG GAK BISA MENJAGA KONTOLNYA UNTUK TIDAK NYODOK
SEMBARANGAN!