Ah Toy Story, sebuah serial film yang tiap seriesnya di
tungguin, entah lu orang yang pernah nonton dari film pertama di bioskop atau lu adalah orang yang nonton pemutaran
film itu di televisi atau media pemutaran video digital. Film buatan Pixar ini
emang udah jadi cult sendiri buat penggemarnya, baik oleh mereka yang masih
percaya bahwa mainan itu bisa hidup atau pun mereka yang udah percaya bahwa
hidup itu mainan.
![]() |
Toy Story 4 Poster |
Dalam menjalani hidup santai pengangguran jobseeker nunggu
wisuda deadwood yang lagi gua jalanin ini tanpa ada angin dan hujan, gua
menonton film Toy Story 4 yang kemaren gak sempet gua nonton di bioskop. Gua juga
gak tau ada dorongan apa, tapi tiba-tiba pas lagi browsing film di situs
pembajakan film terkemuka di Indonesia, gua ngeliat ada film ini dan udah
Bluray kualitasnya, jadi, for the old time sake, kenapa enggak?
Secara kualitas animasi dan gambar gua gak bisa komen
banget, soalnya kalau lu nonton film-film Pixar maka lu akan tahu bahwa
kualitas animasi dan gambar Pixar di tiap filmnya adalah sebuah garis gradual
naik yang gak bisa lu rasain, tiap keluar film makin alus, so gua sangat
terkesan dan berkenan dengan visualnya Pixar. Untuk ceritanya menurut gua
kurang lebih sama sama Toy Story 3, gimana film ini nyeritain struggle mainan
untuk dimainkan oleh si empunya walaupun kegeser sama mainan baru dan menjaga
bagaimana agar mainan itu ada yang punya, bukan menjadi sebuah barang hilang
yang dilupakan. Gua gak terlalu peduli sih sama ceritanya, toh gua cukup
terhibur sama visualnya Woody, Forky, sama Bo Peep dan gerombolannya. Ceritanya
sedih, Cuma gak bisa ngalahin scene terakhirnya Toy Story 3 (karena gua kira
filmnya bakalan udahan, plus disana ada BONEKA TOTORO YANG FLUFFY DAN NYENGIR!).
Cuma ya, pas gua nonton film ini, di sepertiga terakhir ada
yang buat gua mikir dan menggummam, hmmm, I smell something fishy in this film.
Gua pause sebentar, gua mikir, gua trace lagi dari pertama sampe adegan yang
gua tonton kemudian gua menemukan sebuah konklusi. NYET FILM INI
SUBLIMINALMESSAGENYA GAK SUBLIMINAL-SUBLIMINAL AMAT DAN CERITANYA REVOLVING
AROUND SOMETHING YANG GUA FAMILIAR DAN SUKA LIAT DI INTERNET.
Gua baru nyadar bahwa film ini adalah sebuah film yang
sangat menjunjung tinggi feminisme. Wkwkwkwkwkwkwkw, dan gua baru sadar hal
tersebut di seperempat terakhir film tersebut. My sense is getting dull, I admit
that!
Cerita di film ini gak lagi berkutat sama Buzz Lightyear
atau Woody sebagai karakter sental, ada karakter sentral ke 3 yang kehadirannya
cukup kuat yaitu Bo Peep.
![]() |
Bo Peep and Her Cerberus-Sheep |
Kenapa gua bilang film ini penuh pesan feminist? Pertama Woody
memang sentral dalam film ini, tapi di setengah film ini Woody berubah jadi
useless, peran utamanya digantikan oleh Bo Peep sebagai karakter heroine yang
ngatur semua aksi buat nyelametin Forky, Woddy di setengah terakhir terasa
hambar, kaya yaudah “gua mau nyelametin forky tanpa peduli apa yang terjadi,
biar Bonnie tetep seneng dan bisa ngelewatin harinya” that’s it, cukup.
Lu diliatin gimana si Bo Peep setelah 9 tahun ngilang jadi
karakter wanita mandiri yang digambarin bad ass as fuck, make mobil remote
control yang ditutup kulit boneka sigung (skunk) buat gateaway car, gimana dia
jadi wanita independent yang survive (dengan domba cerberusnya) sampe jadi kaya
sekelompok pembebasan buat mainan yang berpendapat bahwa “toy without a kid is
great and badass” sebelom dikasih reality check sama Woody.
Lu bakal liat gimana Bo Peep ngatur plottingan buat
nyelamatin Forky, dimana Woody selama adegan itu jadi useless piece of shit,
belom lagi ada penegasan bahwa Bo Peep adalah karakter bad ass pas Woody liat
tangannya Bo Peep sebenernya copot dan cuma direkatin pake selotip doang. But she
survived, and she can survive, that’s the message I think.
![]() |
Bo Peep after time skip |
Jangan tanya Buzz kemana, setelah karakternya dibunuh dengan
epic di film ke 3 melalui “Spanish Mode Buzz Lightyear” di film ke 4 ini gua
ngerasa Buzz adalah seorang Jocks generic yang kurang make otaknya. Udah itu
aja, sad.
![]() |
The moment they killed Buzz character, hilariously |
Toh juga karakter villain di film ini motifnya cukup generic
dan biasa aja, Cuma pengen sesuatu yang lebih sempurna, untuk memperbaiki
kerusakan yang ada di dirinya, even it cost everything. Yang akhirnya ngenes
juga sih, walaupun ada scene comeback from bad to good.
Kenapa gua bilang film ini feminist mungkin karena subjektif
gua ngeliat Bo Peep kali ya yang bisa di remake menjadi sesangar itu, toh juga
kalau lu sadar pakaiannya Bo Peep di film ini akan sangat berubah, dari
pajangan lampu dengan dress sebagai penggambala domba cerberus, menjadi wanita
di poster “We Can Do It” dari jaman perang dunia 2, dimana maksud dari poster
tersebut adalah untuk mengajak dan menyadarkan bahwa kaum wanita juga dapat
berperan di perang dunia 2, bukan sebagai sosok yang lemah.
![]() |
Coba samain warna, grading, dan bentuknya sama Bo Peep V.2 |
No I don’t hate equality or feminism at all, but it’s become
funny when you realize there’s a subliminal message like this in a film for children,
this is my opinion btw.
Kalau lu merasa apa yang gua jabarin kurang lengkap, coba lu tonton filmnya dan lu cocokin sama tulisan gua, gua bukannya gak mau nulis panjang lebar, tapi kan setiap orang punya pandangannya sendiri atas sesuatu, dan gua gak mau jadi spoiler asshole yang ngebocorin sebuah film. Ini sebagai sebuah gideline simple aja kalau dari perspektif gua, bahwa ada hal-hal seperti ini di film tersebut. Apa serunya kalau gua bocorin semuanya disini dan lu cuma baca ini, lebih baik lu tonton dan lu buat kesimpulan lu sendiri. Cheers!