Langsung ke konten utama

Taman Eden, dengan Wi-Fi dan Kamera Depan


Cover Single, Dalam Hitungan, .Feast
(Credits: Sun Eater/.Feast)
Kita membangun bersama, Tuhan yang baru
Dunia yang berani, semua orang berseru
Taman Eden dengan wi-fi dan kamera depan
Malaikat yang hadir mengukur dalam hitungan
*.Feast – Dalam Hitungan *

Di atas itu adalah sebuah penggalan lirik dari lagu berjudul “Dalam Hitungan” yang dibawain sama band bernama .Feast (iya, ada titik/dot dipenulisan nama bandnya). Bhaskara (vokalisnya) pernah bilang kalau mereka menulis lagu dengan cara nihilist, mereka cuma memberikan suara/energi untuk realita yang mereka lihat, perkara mau diartiin atau pendengarnya mendapatkan sesuatu, itu terserah mereka (si pendengar).

Sebenernya menurut gua lagu ini sangat relate dengan apa yang sehari-hari gua lihat, bahkan gua lakuin. Lagu ini bercerita tentang bagaimana sosial media memengaruhi dan digunakan oleh seseorang, baik itu orang biasa atau mereka yang “so called” influencer. Itu kalau scoopnya kecil, sebenarnya secara general lagu ini cuma nyeritain realitas internet dan penggunanya, that’s all.

Lu bisa dengan jelas nangkep apa yang dimaksud dalam kutipan refrain di atas. Emang sih interpretasi tiap orang beda, tapi menurut gua lagu ini selain easy listening, juga ngasih bracket pemaknaan yang gak terlalu susah kok buat orang membuat interpretasinya sendiri dari lagu ini. Hal ini menurut gua bisa terjadi karena emang si Bhaskara udah tau objek dan subjek yang diangkat di dalam lagu ini, selain itu menurut gua familiarity juga bisa timbul dari diksi yang digunakan di dalam lirik lagu ini.

Gua relate dan baru ngerti apa yang dibicarakan lagu ini (menurut gua) setelah gua membantu temen gua untuk mengelola akun sosial media usaha temen gua ini. Menurut gua refrain lagu ini sama kaya kerjaan gua mengelola sebuah akun media sosial, yaaa ini sih cocokologi gua aja, tapi hal ini gak terbatas buat akun bisnis, akun personal setiap orang proses pengelolaannya juga bisa terangkum di dalam lirik lagu ini kok.

Gua breakdown menurut pemahaman dan interpretasi gua ya. Scoopnya jangan luas-luas deh, dari scoop cara gua menggunakan internet dan realitas internet yang gua tangkep, jadi kalo beda, ya udah, ini kan blog gua, muehehehehe.


“Kita membangun bersama, Tuhan yang baru”

Ini sebenernya bisa luas artikulasinya kalau kita berbicara soal internet, cuma gua menginterpretasiin ini sebagai sebuah konsep yang lu bangun dari suatu akun, rencana lu buat memproyeksikan akun itu dipengelihatan audiens.

Ya lu tau lah Tuhan itu adalah sebuah wujud abstrak yang memiliki banyak posibilitas karena sifat-sifat ke-”mahaannya”. Lu waktu mengelola sebuah akun, punya kebebasan untuk mewujudkan akun tersebut kedalam bebagai bentuk yang posibilitasnya tidak terbatas, misalnya sebuah akun kopi yang go green, akun komedi yang mengkhususkan mengangkat dark jokes, atau lainnya. Elu membangun akun tersebut bukan cuma dari konten yang lu tampilin di akun itu, ada orang yang membantu lu buat nyebarin akun tersebut dan menjadikannya dikenal oleh khalayak yang lebih luas (dengan kemungkinan audiens ini memberikan bantuan dalam meyebarkan akun tersebut). 

Kenapa Tuhan yang baru? Ingat, sosial media itu bagian dari internet, wujudnya abstrak, karena itu cuma kumpulan data yang diterjemahin untuk menjadi teks, gambar, suara, video, dll. Lu bisa menjadi “Tuhan” yang baru dengan menggeser “Tuhan” yang lama. Dalam artian lu bisa menjadi sesuatu yang diikuti oleh banyak orang karena membentuk sebuah akun yang mengangkat tema yang khusus dan baru, atau konten lu lebih disukai dan lebih populer dari akun lain yang mengangkat topic serupa. Ingat, Tuhan juga punya hamba dan hamba lu adalah followers lu :)

“Dunia yang berani, semua orang berseru”

Ini sangat mudah, dunia yang berani dalam lirik ini adalah internet itu sendiri. Kenapa dunia yang berani? Karena semua orang dapat mengemukakan pendapatnya di Internet dengan bebas (walaupun di Indonesia diatur cara penggunaannya, bukan dibagun kesadaran menggunakannya), karena internet sebagai sebuah dunia memiliki sebuah ciri khas yang tidak bisa lu lakukan di realitas nyata / dunia nyata, lu bisa berganti identitas dengan seenak jidat. Lu bebas punya pilihan untuk membuat identitas sebanyak-banyaknya di internet. Liat aja itu account penyebar hoax, biasanya banyak, atau gini deh yang gampang, secon account di instagram atau account alter di twitter, itukan sebuah bentuk multi identitas dari seseorang di dunia nyata, yang dia sebenernya mau berpendapat di internet, tapi bukan dengan account yang identitasnya sama dengan yang asli.

“Semua orang beseru”, ini tentang sifat netizen dan kolom komentar kalau menurut gua. Gua adalah orang yang terkadang menghibur diri dengan melihat kolom komentar, disana orang-orang ngomong kadang-kadang seenak jidat, ada yang sok tahu sampai kayanya dia ngerasa adalah perwakilan Tuhan karena paling benar dan paling suci, ada yang keritisnya lebih dari dosen penguji waktu skripsi, ada yang gobloknya kebangetan sampe kegoblokannya itu menurut gua udah gak ngeselin tapi lucu *uhuk, pemindahan ibu kota dan rudal Cina garis lurus, Uhuk*.

Internet dengan kemungkinan multi identitas, anonimitas, dan kebebasannya menciptakan realita yang lebih berani karena kemungkinan identitas asli seseorang akan sulit dilacak, hal ini menjadikan orang asal aja dalam mengemukakan pendapatnya. siapapun boleh berbicara, siapapun berhak menghakimi, siapapun berhak mengkritik, siapapun berhak mendebat. Jadinya semua orang berlomba untuk speak up.

“Taman Eden, dengan Wi-Fi dan kamera depan”

Ini adalah lirik dengan diksi terbaik di lagu ini menurut gua. Representative banget anjing!

Taman Eden, kalau gak salah dalam beberapa ajaran agama Timur, taman ini adalah tempat dimana Adam dan Hawa (Eve) tinggal sebelum memakan buah terlarang (buah khuldi/buah pengetahuan). Ya terserah sih mau ngeliatnya sebagai sebuah tempat fiksi atau enggak, tapi yang jelas tempat ini dikisahkan merupakan sebuah taman yang sangat indah.

Disini kalau menurut gua yang dibahas adalah konten yang lu perlihatkan kepada audiens, orang selalu membagikan konten-konten indah di sosial media. Sebenernya gak terbatas di indah kaya lokasi liburan, atau kegiatan yang menyenangkan, atau menemukan dan pergi ke tempat baru yang jarang orang tahu. Tapi biasanya ada juga kan orang yang membagikan kisah bahagia, kaya misalnya “eh gua ketemu bapak-bapak ini, kasih nih, ayo bantu!” atau “twitter please do your magic, si X lagi Z dan butuh bantuan kalian”. Selain itu biasanya sosial media juga bisa kalian personalisasi dengan membuat filter sendiri tentang apa yang mau dan tidak mau kalian lihat di linimasa kalian. Hal ini adalah hal yang menurut sebagian orang indah dan definisinya bisa beda-beda. Gua misalnya feeds explore instagram gua isinya video anak kucing, mobil modifikasi, dan video anak anjing Samoyed, menurut gua itu udah indah banget, tapi kan lain orang lain standart.

Wi-Fi dan kamera depan disini sebagai representasi lu untuk menciptakan hal yang menurut lu indah dan membagikannya kepada orang yang berpikiran sama seperti lu as simple as that. ATAU LU MAU PAMER KEINDAHAN ITU YANG SEBENERNYA ORANG GAK TAU ADA APA DI BALIKNYA, AHAHAHAHAHAHA!

Every content in social media is fabricated to get the proper response from the audience, if you honest in social media, either no one will notice you or they hating you for being honest.

“Malaikat yang hadir mengukur dalam hitungan”

Ez pz lemon squezy, tugas malaikat selain menyampaikan wahyu salah satunya adalah mencatat perbuatan baik dan buruk seseorang. Tolong garis bawahi itu.

Siapa malaikat disini? Orang yang ingin menaruh iklan di sebuah akun yang memiliki followers dengan jumlah tertentu. Bagaimana mereka menentukan siapa yang akan mereka gunakan untuk iklan? Menghitung data analytics yang disediakan oleh sosial media.

Jika analytics kamu baik maka iklan akan mendekat, jika analitycs mu jelek? Jangan harap ada yang melirik iklan, makanya semua orang berusaha membuat data analytics mereka terlihat baik dihadapan “malaikat” ini untuk mendapatkan ganjaran dari “kebaikan analytics” mereka yang diukur dengan hitungan data, huehehuehuehue.

Dah ah, capek, interpretasi ini dari gua pribadi secara subjektif ya, jadi jangan lu anggap serius, cocokologi aja, kalau lu setuju ya syukur, kalau lu gak setuju, yaudah, bikin aja tulisan interpretasi lu. Siapa tau lu bisa jadi “Tuhan yang baru”. Mehehehehehe.