Langsung ke konten utama

Sebenernya Orang yang Pandangannya Luas sama Orang Fanatik itu Bedanya Tipis


Jadi bermula dari tweet temen gua yang ada di bawah ini:

Baris Pertama, Sebelum Kotak Biru, Bukan Baris Setelah Kotak Biru
 
Gua mikir, sebenernya pernyataan itu ada benarnya juga, tapi yaaa namanya juga idup ya, apa lagi pengangguran, kadang-kadang semuanya dipikirin, eh mikirnya keterusan, sampe gua nemu sebuah korelasi dan perbedaan tipis antara orang yang pandangannya luas sama orang yang fanatik.
Fanatik yang gua maksud itu bisa sama apa aja ya, gak usah harus satu hal yang spesifik. Kalau menurut gua orang fanatik adalah orang yang sebenernya cinta sama hal yang difanatikin itu, saking cintanya bahkan mereka gak mau noleh ke kemungkinan lain yang mengerubungi hal yang difanatikin sama mereka.

Oh iya, kalau dari pengamatan gua, hal ini juga biasanya diikuti dengan kepercayaan diri yang terkadang berlebih, dimana jika keduanya dikombinasikan maka individu ini kalau diajak diskusi atau berargumen maunya menang sendiri, bahkan dalam kasus ekstrim argumennya malah jadi absurd, atau kalau mau bahasa kerennya argumentum ad absurdum. Ya, orang-orang tersebut bisa membuat klaim dari argument-argumen yang menuju keabsurd-an, bahkan jika argument itu berkontradiksi 
dengan argument sebelumnya.

Contohnya banyak di luar sana, gak usah lah gua kasih contoh di tulisan ini, gua yakin yang baca bisa mencari contohnya sendiri, kalau gua kasih contoh nanti gua dikatain punya agenda lain, wkwkwkwkwk.

Lantas apa perbedaan tipis yang dimaksud?

Seperti yang udah gua jelasin di atas, seseorang yang fanatik akan tahu secara mendetail hal yang menjadi fanatismenya. Sedetail-detailnya, bahayanya atau parahnya, orang-orang ini akan semakin rombeng jika topic yang dihadirkan mulai lepas dari jangkauannya, sama lah kaya pejabat lagi ngeles. Hal tersebut yang akan membimbingnya untuk membuat sebuah argument yang absurd, itu menurut gua.

Menurut gua orang yang fanatik itu sebenarnya punya pengetahuan dan pandangan yang luas, tetapi sangat disayangkan jika kecintaannya akan sesuatu tersebut mengalahkan akal dan rasanya sebagai manusia yang selalu ingin tahu. Dalam “akal dan rasa sebagai manusia yang ingin tahu” adalah sebuah idiom yang menggambarkan bagaimana seseorang itu menambah kapasitas ilmunya dengan mendengarkan, menyerap, menguji, dan mengambil kesimpulan dari argument yang dibuat oleh orang lain, bukan sebatas argument menyerang.

Kapasita inilah yang menurut gua hilang ketika seseorang mulai fanatik akan suatu hal, dia akan kehilangan kemampuannya untuk menempatkan dirinya pada perspektif lain dan kemampuannya untuk menentukan fokus pada suatu topic atau hal.

Kalau gua tarik dari pernyataan temen gua di atas, maka orang yang memiliki pandangan luas tapi tidak fanatik akan lebih bisa membuat dirinya fokus pada suatu topic atau hal dan mendengarkan argument-argumen yang beterbangan sembari memilih dan menguji argument tersebut di dalam benaknya (menurut pengetahuannya). Dari pengamatan gua biasanya orang-orang yang seperti ini akan diam menyimak jika merasa sudah bukan kapasitasnya dan hanya akan berbicara jika sudah ada konklusi di kepalanya dari argument-argumen yang dia serap.

Orang yang memiliki pandangan yang luas bisa memainkan fokus ini sesuai dengan kebutuhannya, dalam artian dia bisa merubah fokusnya tergantung lawan bicaranya, selain itu kalau menurut gua dia juga bisa menempatkan dirinya sebagai pendengar ataupun pemberi argument yang baik dalam sebuah diskusi, dia tidak akan mencoba langsung menentang sebuah argument atau memberhentikan argument jika merasa tidak cocok.

Terlepas argument tersebut adalah sebuah data atau rasionalisasi, ketika seseorang dapat memainkan fokus dan caranya menempatkan diri, maka argumennya akan runut dari atas sampai ke bawah, dan dia tidak akan malu dengan argumennya walaupun argument tersebut berbentuk menyangkal, menyetujui, mempertanyakan, mengalah, atau yang lain.

Jadi inti dari ocehan tidak berbobot di atas yang gua tulis adalah, orang fanatik dan berpandangan luas sebenernya sama, cumaaaa mereka beda dari cara mereka berfokus kepada sebuah topic dan menempatkan dirinya dalam sebuah keadaan diskusi pada suatu hal, dimana orang yang berpandangan luas tetapi tidak fanatik bisa melihat banyak hal, tetapi  dapat fokus kepada suatu hal yang sedang diperkarakan dengan tidak melupakan hal-hal dan posibilitas yang mengelilingi fokus tersebut, sedangkan orang fanatik cuma bisa fokus sama satu hal yang sudah terlalu dicintai dengan buta olehnya atau bahas kerennya tunnel vision.

Balik lagi sama pernyataan di atas, pernyataan itu sebenernya keluar dari mulut orang yang kalau lu liat dari luar kaya orang tolol, percayalah sama gua. Gua menghabiskan hampir 4 tahun dengan orang tersebut, orangnya acuh dengan attitude “fuck this, fuck that, fuck you” tapi kalau lagi mabok, atau lu ajak ngobrol berdua atau bertiga, dia baru akan buka mulut.

Itu adalah salah satu kelemahan orang-orang yang punya pandangan luas menurut gua, disaat komunikasi langsung kalau gak dilatih, tanpa sadar, atau dengan medium khusus, dia gak bakal mau speak up, karena dia sadar tidak bisa menyenangkan banyak orang dan dia akan membaca situasi cenderung ke arah mana mayoritas hadirin dan hadirat yang ada untuk menyesuaikan fokus dan menempatkan dirinya. Kalau dalam forum kecil, keadaan genting, atau mabuk, baru deh dia lancar bicara.

“Kok gak ngomongin kapasitas/ilmu dari individu tersebut?”

Hmmmm, panjang men kalau mau sampe situ, nanti SEO blog gua jelek karena kepanjangan.

Gua rasa cukup sampe sini aja tulisan gua. Byee