Hari ini tanggal 26 Juni 2020 (25
kalo di Inggris), menjadi sebuah momen bersejarah buat Liverpool F.C., team
asal kota Liverpool ini berhasil menjadi kampiun Liga Inggris setelah 30 tahun
sabar menunggu untuk menjadi juara kembali.
Gelar ini tentunya menjadi
special untuk Liverpool, selain itu ini adalah gelar pertama mereka semenjak
Liga Inggris mengganti formatnya menjadi “Premier League”. Wajar animo yang
ditimbulkan gelar ini dirayakan dengan gegap gempita oleh seluruh Liverpudlian/Kopites
di seantero dunia.
Gua sendiri sebagai orang yang
mengamati sepak bola juga demikian, karena mari kita akui saja, di musim
2019/20 ini Liverpool sangat digdaya, terlalu digdaya mungkin, jika mereka
tidak kalah dari Watford sebelum pandemic ini menyerang, mereka bahkan memiliki
kesempatan untuk juara secara Invincible, alias tanpa kalah dan menyamai rekor
yang hanya dimiliki oleh Arsenal di era Premier League.
Tetapi dibalik perayaan dan gegap
gempitanya Liverpudlian/Kopites dan Liverpool F.C. ada saja orang-orang sakit hati.
Jika kalian menebak kalangan ini adalah fans Manchester United, selamat!
Tebakan kalian tepat! (toh di judul juga ada hahahaha).
Rivalitas kedua tim memang sudah
tidak diragukan lagi, keduanya adalah tim yang sangat sukses baik di Eropa
ataupun di tanah Inggris. Tapi menurut gua keduanya sangat kekanak-kanakan jika
sedang menyikapi satu sama lain.
Rivalitas yang sengit ini
berujung pada hari ini, dimana setelah 30 tahun berjaya, Manchester United dan
fansnya harus melihat Liverpool juara, sudah sepantasnya jika pencapaian
seperti ini mendapatkan ucapan selamat, tetapi hal ini tidak dilakukan oleh
akun media sosial Manchester United.
Bahkan Manchester City yang
menjadi seteru utama Liverpool dalam perebutan gelar tahun ini saja sudah
memberikan ucapannya. Gua sebagai orang yang menjadi fans Manchester United
semenjak sekolah dulu sebenarnya menyayangkan hal ini. Apa sih susahnya
mengakui rival yang memang nyata adanya sedang bagus penampilannya di musim ini?
Ini adalah sebuah perkiraan
subjektif gua, menurut gua orang-orang yang mengaku sebagai fans Manchester
United juga memiliki peran dalam hal ini. Jika lu ngeliat postingan-postingan
terakhir account sosial media Manchester United, ada banyak ancaman dari fans
kepada pihak club untuk tidak mengucapkan selamat kepada Liverpool, terutama di
kolom komentar twitter Manchester United.
![]() |
Damn son! Lu kebanyakan makan garem apa? Salty banget |
Ayolah lu Manchunian, bersikap
lebih respect sama Liverpudlian/Kopites, apa susahnya sih? Rivalitas dan saling
singgung memang dibutuhkan selama masa kompetisi, tetapi menurut gua kalau
hasilnya sudah jelas seperti ini, bukankah lebih baik mengakui saja bahwa
memang tim kita sedang culun di tahun kompetisi ini (setidaknya sampai sebelum
Bruno Fernandes datang).
Bukankah mereka yang mengatakan
bahwa fans Liverpool adalah orang-orang yang suka bawa-bawa sejarah adalah
sesuatu yang kalian benci? Lalu apa bedanya kita sekarang dengan mereka? Kalau
ujung-ujungnya kalian membawa-bawa 20 EPL trophy dan treble winner? Toh juga
ujung-ujungnya kalau mereka berkata “yang penting tahun ini juara!” bisa
ngomong apa lagi lu? Karena itu adalah realitanya.
Pada akhirnya menjadi orang yang sensible dan
bisa menghormati fans yang menjadi rival utama kita adalah sebuah perkara yang
sulit, tetapi bukankah menjadi fans yang baik dan bisa menghargai fans lain
adalah sebuah kebanggaan tersendiri?